Minggu, 26 Januari 2014

Aku bukan Pilihanmu


Raya tengah duduk di bangku taman kampusnya melirik-lirik keadaan sekitarnya, Kosong! Hampa! Ia hanya melihat danau kecil di depan matanya. Wajahnya yang cantik itu keliatan murung entah apa yang Ia sedang pikirkan.
“Hai” ucap seseorang yang berada di belakang raya, orang itu menghampiri raya Dan duduk di sampingnya.
“Ngapain disini? Mata kuliah kamu kan udah selesai. Sayang.” kata orang itu.
“Aku udah bilang berkali-kali Sama kamu jangan panggil sayang, jika kamu tak memberi kejelasan” kata raya dengan nada meninggi. Bisma pun hanya diam ketika raya bicara seperti itu.
“Sikap kamu yang gak gentlemen, ngebuat aku muak Sama kamu.”
“Maafin aku ray, aku gak bermaksud buat gantungin kamu, atau apapun itu.” kata Bisma
“Semenjak kita putus…”
“Cukup bis, aku capek aku muak bahas itu!” kata raya masih dengan nada meninggi Dan meninggalkan Bisma begitu saja.
Raya Dan Bisma memang pernah jadian hampir 3 tahun bahkan mereka dinobatkan sebagai best couple sewaktu SMA, namun hubungan mereka tak semulus kata best couple, hubungan mereka selalu dibumbui dengan pertengakaran kecil hingga besar. Dan akhirnya mereka pun memutuskan untuk berpisah. Bukan! Bukan mereka yang memutuskan untuk berpisah, tapi Bisma yang memutuskannya, entah kenapa Bisma bisa seperti itu. Tapi Bisma memang selalu menjadi aktor utama di cerita cinta dia. Bisma tak pernah mendengarkan pendapat raya secuil pun. Bisma egois! Memang.
Hari ini hari minggu itu tandanya raya tidak Ada mata kuliah, tidak Ada buku Dan tidak Ada Bisma yang menganggunya. Maka raya pun memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatnya, Ilham fauzie. Ilham adalah tempat raya bercerita keluhannya tentang Bisma sewaktu dulu.
Tok! Tok!
“Iya, sebentar” sahut seorang pria di dalam rumah.
“Ngapain ke sini?” kata ilham yang berada di ambang pintu. Raya langsung menyelonong masuk ke dalam rumah ilham, memang selalu seperti ini rumah ilham sudah seperti rumah raya Dan begitu sebaliknya. Raya pun menghempaskan tubuhnya ke sofa.
“Udah move on? Haha” kata ilham yang meledek raya Dan tertawa terbahak-bahak.
“ILHAM!” kata raya kesal sembari mencubit pinggang ilham.
“Emang beda yak. Cubitan orang galau Sama orang gak galau” kata ilham lagi-lagi meledek raya.
“Pulang ahh.” kata raya yang beranjak pergi namun tangannya di tahan oleh ilham.
“Bercanda raya”
“Haha” kali ini raya yang tertawa.
“Andai bisa lihat ketawa Lu setiap hari ray” gumam ilham.
“Bilang apaan ham?” kata raya yang menghentikan tawanya.
“Enggak, haha” dusta ilham.
Ilham Dan Raya pun semakin dekat, raya tak begitu merasakan sakit melihat Bisma, seakan rasa sakitnya terobati karna Ada ilham di sampingnya. Sungguh! Raya berhutang budi dengan ilham.
Hari ini ilham tidak Ada jam mata kuliah maka ilham memutuskan untuk menjemput raya.
“Ray! Raya!” teriak seseorang yang mengejar langkah raya. Raya menengok ke belakang Dan Ia melihat. Bisma yang memanggilnya.
“Ada apaa?” kata raya, Bisma telah berada di hadapan raya.
“Bisa bicara sebentar?” kata Bisma yang langsung menarik Tangan raya, menuju bangku taman kampusnya. Bisma pun duduk Dan raya hanya mengikuti Bisma. Mereka saling diam.
“Kamu kenapa berubah?” kata Bisma yang mencoba mencairkan suasana.
“Aku? Kamu yang berubah. Egois!” kata raya begitu ringan, seakan Ia tidak memikirkan perkataannya.
“Kamu tau kan aku sayang Sama kamu?” kata Bisma memegang kedua Tangan raya.
“Kamu sayang Sama aku? Apanya? Aku muak dengan tingkah mu yang berlebihan! Kamu selalu ingin menjadi aktor utama, kamu tidak pernah memikirkan aku!” kata raya mencoba melepaskan genggaman Tangan Bisma.
Air mata tulus mengalir perlahan, mengenang di pelupuk mata, terjun bebas menuju pipi Bisma, Bisma menyadari semua kesalahannya, namun Bisma menyesal karena telah mengucapkan kata ‘PISAH’ pada raya.
“Aku tahu aku bukan yang terbaik, aku tahu kamu pernah disakiti mantan kamu dengan begitu dalam…”
“RAYA!”
Ada suara yang memanggil nama raya, raya Dan Bisma pun menegok ke belakang Dan yang memanggil adalah ilham!
“Jadi ini alasan kamu, selamat ya” kata Bisma yang meninggalkan raya, hatinya seperti disayat sayat, pedih sekali perasaan Bisma.
Raya pun menghampiri ilham dengan tergesa-gesa.
“lo udah lama?” kata raya
“Bisma ngapain ray? Lo gak papa?” kata ilham yang memegang kedua pipi raya.
“Enggak, gue gak papa” kata raya yang menyingkirkan Tangan ilham dari pipinya.
“Ya udah, pulang yuk!” kata raya yang menarik Tangan ilham, ilham kembali curiga kepada raya.
“Bisma, tunggu!” kata raya yang memanggil Bisma.
“Ada apa? Pacar kamu gak marah? Udah Lah sana pergi.” kata Bisma.
“Kemarin aku berkata seperti itu, karena kamu merancau terus, aku benci pria yang selalu marah-marah tak jelas. Childish” kata raya, entah diserang makhluk apa sehingga raya bisa bicara seperti itu.
Mereka duduk di bangku depan kelas raya Dan Bisma. Bisma semakin frustasi di buat raya, Bisma tak mengerti perkataan raya, positive atau negative? Atau raya ingin memberi kesempatan pada Bisma lagi? Orang yang telah menyakiti hati Dan perasaannya sendiri?
“Sudahlah ini salahku yang terlalu cepat mengambil keputusan, salahku yang menyatakan cinta dengan begitu cepat.” kata Bisma.
“Kalau sudah seperti ini, siapa yang pantas disalahkan? Tuhan? Ah, kamu tahu tuhan memang punya wewenang tertinggi dalam hidup kita, tak pantas jika kita menyalahkan dia, cintamu Dan cintaku terlalu buta! Kita membiarkan diri kita sendiri tertabrak oleh cinta dengan brutalnya, lalu cinta berwujud menjadi sesuatu yang dia suka Dan kita terjebak!” Sialan! Bisma yang awalnya raya anggap seperti anak kecil ini ternyata mampu membuat raya menahan nangisnya. Lalu Bisma mendekap tubuh raya.
“Tapi, sebodoh-bodohnya cinta, setolol-tololnya cinta, tetap membuat nyaman kan?” kata Bisma lagi-lagi. Dan sekarang raya pun terjebak dengan keadaan yang dia buat, ini mimpi! Tapi nyata.
Ternyata sejak tadi, Ada sepasang mata yang melihat raya Dan bisma, ilham! Tepat! Matanya Dan telinganya terus menyikmak Dan mendengarkan apaa yang dilakukan oleh Bisma Dan Raya.
Hari-hari selanjutnya pun Sama, bisa dibilang Raya tidak terganggu dengan keberadaan Bisma, Raya menjadi beda Dan perubahan itu semakin dirasakan oleh ilham.
“Gue pikir gue bisa gantiin Bisma di hati lo, di sisi lo ray, tapi gue salah gue yang terlalu menganggap ini semua lebih Dan lo..” kata ilham
“ham ngomong apaa sih lo? Kita kan sahabatan.” kata raya
“Gue pengen lebih dari itu ray.”
“Tapi…”
“Tapi apa? Bisma?”
Raya pun diam ketika ilham menyebutkan nama “Bisma”. Raya tak tahu apa yang harus Ia katakan kepada reza, raya merasa perasaannya tengah diaduk-aduk oleh kedua pria tersebut, raya pun memejamkan matanya Ia mengingat semua perlakuan Bisma kepadanya, Ada rasa sakit hati yang mendalam saat Ia mengingat semua kenangan bersama Bisma dalam pejaman mata raya menahan nangisnya. Lalu Ia mengingat semua perlakuaan manis ilham kepadanya. Ia membuka matanya tersenyum melihat ilham.
“Apa salah nya kalau kita mencoba dulu” kata raya yang berusaha menyenangkan ilham.
“Iya? Makasih ray” kata ilham memeluk tubuh raya. Raya merasakan aneh ketika ilham memeluk tubuhnya, Ini bukan pelukan Bisma! Raya tak merasakan nyaman bersama ilham.
Setelah satu bulan semenjak ilham Dan raya jadian, Bisma semakin jarang terlihat di kampus. Raya diam-diam khawatir dengan keadaan Bisma namun raya tak ingin mengecewakan ilham, maka Ia hanya memendam semuanya sendiri.
“Ray lo gak tau? Atau belum tahu?” kata seorang teman raya yang menghampiri raya Dan ilham di depan kelasnya.
“Enggak, gue belum tahu Ada apa?” kata raya yang menatap temannya.
“Bisma! Bisma di rumah sakit ray! Dia nginep disana”
“Ehh maksudnya dirawat!” lanjut teman raya yang membenarkan perkataannya. Dan kali ini ilham membulatkan matanya Dan menatap wajah raya. Terlihat khawatiran raya yang begitu besar.
“Iya kok bisa kenapa?” kata ilham.
“Gak tau ham.” kata temannya raya. Lalu temannya raya meninggalkan ilham Dan raya. Ilham tak memalingkan pandangannya tetap menatap wajah raya.
“Mau kesana?” kata ilham. Raya pun menggeleng tanda Ia tidak mau menjenguk Bisma. Ilham menarik Tangan raya menuju parkir mobilnya.
“Udah aku tahu kamu mau tahu keadaan Bisma.” kata ilham yang masih menarik Tangan raya.
Setelah mereka sampai di rumah sakit, ilham Dan raya pun berjalan memasuki rumah sakit Dan pergi ke receptionist untuk menanya ruang Bisma. Dan mereka dapat jawaban Bisma dirawat di ruangan 300 mereka pun langsung menuju ke ruangan 300.
Dilihatnya Bisma dari balik jendela yang memang disediakan di rumah sakit itu, alat infuse masih menempel di tangan kirinya, Bisma terlihat sangat mucat tubuhnya yang kurus semakin terlihat kurus. Perlahan-lahan raya membuka pintu ruangan Bisma lalu memasuki kamar Bisma dengan mengendap-ngendap, ilham hanya menunggu di depan ruangan.
“Bisma” lirih raya memegang Tangan Bisma yang terdapat alat infuse.
“Nghh~”
“Kamu udah sadar? Aku panggil dokter ya” kata raya yang ingin beranjak namun tangannya dipegang oleh Bisma.
“Gak usah ray, cukup kamu disini aja aku udah sembuh kok” kata Bisma dengan suara lemahnya.
“Kamu sakit apa bis?”
“Kanker.”
Raya sontak kaget dengan perkataan Bisma, raya tidak mengeluarkan kata-kata lagi, airmatanya hampir menetes.
“Kenapa gak bilang Sama aku bis” kata raya tersendu.
“Aku gak mau dikasihani Sama kamu ray, cukup aku yang ngerasain ini sendiri”
“Aku sayang Sama kamu ray.”
“Iya bis, Maafin aku yang telah membohongi perasaanku sendiri, maaf jika aku terlalu kasar padamu. Maafin aku bis” kata raya yang seolah lupa akan keberadaan ilham.
“Jadi?”
“Aku juga sayang kamu bis.”
“Udah ya, jangan nangis.” kata Bisma yang mengelap air mata raya dengan ibu jarinya.
Cukup lama ilham menunggu raya yang tidak keluar-keluar dari ruangan Bisma, cukup lama ilham menunggu dia pun memutuskan untuk masuk ke ruangan Bisma.
Raya masih fokus dengan Bisma, Tangan Bisma masih raya genggam.
“Ray” lirih ilham. Raya Dan Bisma pun langsung menengok ke ilham.
“Iya ham”
“Mau pulang atau masih ingin disini?” Tanya ilham, wajah ilham tidak menunjukkan kekecewannya pada raya. Raya melihat Bisma, Bisma hanya tersenyum.
“Ya udah aku pulang yah” kata raya berpamitan kepada Bisma.
Bisma belum menunjukkan perkembangan Ia masih berada dirumah sakit, sekedar melakukan kemoterapi, keadaan Bisma malah semakin marah kini Ia tidak berada di ruang 300 tapi dia berada di ICU, raya pun semakin cemas dengan keadaan Bisma.
Hari ini raya Dan ilham pun menjenguk Bisma lagi, raya sungguh bangga kepada ilham meski ilham adalah pacarnya namun dia bisa mengerti raya.
“Bismaaa” lirih raya Dan ilham yang memasuki ruang ICU itu.
“Nghh~” jawab Bisma yang ternyata sudah sadar.
“Hidup aku udah gak lama lagi ray” kata Bisma sembarangan.
“Kamu jangan gitu bis, kamu harus sembuh bis, harus sembuh!” kata raya.
“Aku gak kuat ray.”
“Kamu harus kuat, kamu harus egois dengan penyakitmu bis”
“Tapi… Ham gue mohon lo jagain raya untuk gue, lo cintai raya ya ham. Lo gak boleh ngecewain raya ya ham” kata Bisma, ilham yang mendengar itu pun hanya angguk-angguk.
“Kamu mau kemana sih bis? Kamu harus disini bersamaku, jangan pernah bilang seperti itu bis.” kata raya air matanya sudah meluncur ke pipinya.
Bisma hanya tersenyum mendengar raya bicara seperti itu, Bisma menunjukkan senyum yang paling indah untuk raya. Namun berbeda raya mempunyai firasat tak enak dengan senyuman Bisma, Dan benar saja, genggaman Tangan Bisma pun mulai melemah, mendektasi jantungnya pun mulai melemah Dan Bisma pun menghembuskan nafas terakhirnya.
“Bismaa! Jangan tinggalin aku bis” kata raya yang menggoyang-goyang kan tubuh Bisma.
“Jangan gitu ray, bikin Bisma tenang disana!” kata ilham yang menyingkirkan Tangan raya, dokter pun masuk ke dalam ruang ICU namun tubuh Bisma di halangi oleh raya.
“Udah ray, ikhlasin”
Penguburan Bisma pun telah selesai raya Dan ilham masih setia berada di depan makam Bisma.
“Makasih ham, untuk semuanya cinta kamu, pengertian kamu”
“Iya Sama-Sama ray, gak usah sungkan, aku kan pacar kamu”
Raya pun tersenyum. “Ingat pesan Bisma ya, jangan ngecewain aku, Bisma pasti sedang tersenyum melihat kita berdua bersama” kata raya yang memegang nisan Bisma.
“Aku janji ray” kata ilham memeluk tubuh raya.
Cerpen Karangan: Adetia Seftiany

Tidak ada komentar:

Posting Komentar